The Légion Étrangère, atau Legiun Asing
Prancis-adalah organisasi militer yang terbuka untuk orang-orang dari luar
negeri Prancis. Pada 1945, datang seorang Inggris yang bergabung, berbeda
dengan yang lain, yang satu ini adalah seorang wanita.
Susan Mary Gillian Travers adalah namanya. Ia
lahir di London pada 23 September 1909 di dalam keluarga yang kaya. Ayahnya
adalah Francis Eaton Travers, seorang Admiral di angkatan laut Kerajaan
Inggris, yang menikahi Eleanor Catherine Turnbull hanya untuk uangnya.
Lingkungan keluarganya meskipun kaya, tetapi tidak bahagia. Susan Travers
bahkan mengaku dirinya lebih bahagia ketika ia menjauh darinya.
Susan memulai karir dengan menjadi pemain tenis
semi profesional, didanai oleh tantenya yang sangat menyukainya (dan
membantunya menjadi independen). Ketika Perang Phony pecah pada akhir 1939,
Susan sedang tinggal di selatan Prancis dan menyukainya. Ia bergabung dengan
Palang Merah Prancis—sebuah keputusan yang dengan cepat mengecewakannya. Selama
ini Susan hidup dalam keluarga kaya dan dimanja, jadi pemandangan Palang Merah
yang penuh darah tidak sama sekali ia sukai. Ia malah, kemudian, bergabung
dengan Pasukan Ekspedisi Prancis sebagai supir ambulans. Pada November tahun
1939, mereka mendapat misi ke Finlandia untuk membantu warga lokal menyiapkan
Perang musim dingin melawan invasi Soviet.
Mereka di sana sampai April 1940 saat Jerman
menginvasi Denmark dan Norwegia. Pasukan tersebut kabur ke Islandia, dan dari
sana mereka kembali ke Britania Raya. Ketika itu Prancis sudah terbelah menjadi
dua, yakni Vichy French (Prancis yang bekerjasama dengan pendudukan Jerman) dan
Prancis bebas yang melawannya. Susan Travers kembali menjadi supir ambulans,
tetapi kali ini dalam pasukan yang dipimpin oleh Jenderal Charles de Gaulle.
Pada September 1940, Susan Travers sedang bersama Sekutu saat mereka menyerang
Dermaga Dakar di Senegal untuk mengeluarkan pasukan Vichy Prancis. Mereka
gagal, dan mundur ke Afrika Utara melalui Dahomey dan Kongo di mana selanjutnya
ia meneruskan tugasnya dan pada akhirnya bisa menghilangkan rasa mualnya jika
melihat darah dan luka. Bersama seluruh anggota pria dalam pasukannya, Susan tidak
mendapat kesulitan saat dirinya harus mengalami keadaan yang sulit, serta bekerja
keras sama seperti para pria. Untuk itu oleh pasukannya, Susan mendapat julukan
“La Miss”, semacam bentuk panggilan kesayangan dan hormat untuknya.
Ditugaskan ke Eritrea, Susan melanjutkan tugasnya
menyetiri para perwira senior—memperlihatkan kepiawaiannya menghindari ladang
ranjau serta tembakan roket dan desingan peluru. Ia tidak selalu beruntung,
wanita ini mendapat banyak luka fisik dari beberapa tabrakan dan
tembakan-tembakan kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dengan segala hormat, silahkan berkomentar dengan sopan. mengingat sabda Rasulullah (SAW); "Bicaralah dengan kata-kata yang baik, atau tetap diam."