Minggu, 01 Januari 2017

ANTARA SESUMBAR, TAKABUR, SERBIA, DAN OTTOMAN



Pada akhir 1364, Kekaisaran Ottoman secara realita terpisah menjadi dua bagian. Satu di Rumelie, dengan ibukotanya di Erdine. Dan satunya di Anatolia dengan daratan mereka di Asia minor. Sultan Ottoman, Murad I, mungkin terlalu sibuk dengan urusannya di Asia minor. Setengah dari kekaisarannya yang lain diurusi oleh wakil militer yang disebut ghazi. Pada waktu itu, pemimpin utama ghazi adalah Lala Shahin, yang juga adalah guru sang sultan. Lala Shahin adalah seorang jenderal yang berbakat. Meskipun ia hanya memiliki sumber daya yang terbatas, ia berhasil memadatkan kependudukan Ottoman di Balkan.

Lala Shahin-Pasha


Setelah matinya Stephan Urosh pada 1355, Kerajaan Serbia mulai melemah. Teritori Macedonia dan Yunani yang luas terbagi-bagi antara beberapa penguasa dari dinasti tengah. Beberapa dari mereka menganggap dirinya sangat independen sampai-sampai mengklaim diri mereka adalah raja. Salah satu dari mereka adalah duo kakak beradik despot dari Serbia, Uglesha dan Vukashin yang menguasai Macedonia, dan Vukashin mengklaim diri sebagai Raja seluruh Serbia dan Yunani. Setelah Ottoman berhasil menghancurkan kekuasaan Momchil Voivode di Thrace dan Rhodopes, mereka melanjutkan ekspansinya. Segera setelah seluruh Thrace berada dalam kekuasaan Ottoman, para ghazi-nya mulai menyerang teritori-teritori yang dipunyai dua despot Serbia tadi. Kakak beradik itu yang merasa ancaman Ottoman sudah mulai dekat, pun mengumpulkan pasukan. Rencana mereka adalah untuk menghancurkan pasukan penyerang dan mengejarnya sampai mengeluarkannya dari wilayah Rumelie.

Setelah Gallipoli diambil alih pada 1364 oleh Amadeo Savoy, ada kesempatan baik untuk kemenangan. Posisi Ottoman di Balkan pada waktu itu sedang tidak stabil. Mengetahui hal itu, duo despot Serbia mengkonsolidasikan pasukan mereka dan membawa seluruh yang mereka punya untuk menyiapkan mars akbar untuk menendang Turki Ottoman. Pada 1371 pasukan mereka telah siap. Sebenarnya tidak ada bukti kongkrit tentang jumlah pasti pasukan mereka tetapi dikatakan itu adalah sekitar 20.000 sampai 70.000, didasari dari jumlah wilayah yang mereka miliki dan taktik yang mereka perbuat. Tetapi mungkin juga jumlahnya lebih sedikit dari yang disebutkan barusan.

Sedangkan pasukan Ottoman secara signifikan memang lebih sedikit, tetapi juga jumlah pastinya masih bisa diperdebatkan. Dari bukti sejarah kontemporer mengatakan bahwa pasukannya sekitar 800-an saja. Tetapi mungkin juga jumlahnya sekitar setengah dari jumlah pasukan Serbia tadi.

Pertempuran ini lebih kepada masalah kualitas dibandingkan kuantitas. Seluruh dari pasukan Ottoman diisi oleh pasukan yang sudah kawakan, yang telah bertahan dari banyak pertempuran sebelumnya. Apalagi sebagai pasukan sang ghazi, keimanan mereka berpengaruh pada keberanian mereka di medan tempur. Sebaliknya di pihak Serbia, pasukannya diisi oleh tentara pemberontak yang kurang disiplin dengan sedikit jumlah kavaleri. Alhasil, dapat disimpulkan bahwa pasukan ghazi Ottoman lebih superior, jumlah mereka boleh sedikit tetapi kesemuanya jauh lebih hebat dan lebih berpengalaman.

Duo despot yang punya pasukan lebih besar, merasa percaya diri dan memulai mars mereka. Mereka sudah berencana untuk mengusir Ottoman dari Erdine dan menyetop ekspansi mereka. Taktik awalnya adalah dengan turun mengikuti aliran sungai Maritsa untuk melancarkan serangan dadakan. Lala Shahin di pihak Ottoman, sudah tahu apa yang akan terjadi. Ia memiliki wawasan luas dan pengalaman bertarung di tanah yang kasar, juga sering mengorganisir serangan dadakan. Lala Shahin mengirim tracker untuk memindai wilayah—suatu hal yang tidak dilakukan despot Serbia karena mereka sudah terlalu percaya diri.

Kemudian, Lala Shahin menunggu momen yang tepat untuk mengoyak para pemberontak yang melakukan mars tersebut. Kesempatannya datang pada pagi hari tanggal 26 September, saat pasukan Serbia membuat kemah dekat Maritsa, dan mereka membuat suatu kesalahan yang luar biasa besar—yakni dengan merayakan kemenangan (yang belum mereka dapat) dengan makan besar. Pagi harinya, kemah tersebut secara garis besar tidak dijaga dan banyak dari mereka tidur-tiduran karena mabuk.


Pasukan Lala Shahin memasuki kemah tersebut di pagi hari dan dengan pisau, mereka langsung menyilet musuh-musuh yang tertidur itu, duo pemimpin itu juga disilet, tetapi mereka kabur dan terjatuh di sungai Maritsa—tenggelam di sana. Dengan satu gerakan yang tepat, pasukan Serbia dapat dikalahkan dengan mudah. Efek kemenangan Lala Shahin itu mempersulit setiap despot Macedonia yang ingin mengumpulkan pasukan baru di kemudian hari. Sedih sekali bagi penduduk sana ketika nasib Balkan disegel oleh ego dan alkohol. Ekspansi Ottoman atas Semenanjung Balkan pun tidak dapat terelakkan sampai dekade berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dengan segala hormat, silahkan berkomentar dengan sopan. mengingat sabda Rasulullah (SAW); "Bicaralah dengan kata-kata yang baik, atau tetap diam."