Senin, 02 Januari 2017

KISAH MENYERAHNYA PASUKAN SPARTA YANG PANTANG MENYERAH


Sering dikatakan bahwa Prajurit Sparta telah dilatih semenjak dini, mereka tidak pernah mundur dan tidak pernah menyerah. Mereka akan bertarung sampai mati apapun alasannya. Namun Tuhan seolah ingin membuktikan bahwa kekuatan besar tidak abadi. Sejarah mencatat tentang kisah menyerahnya pasukan paling elit Sparta di Pertempuran Sphacteria dalam Perang Peloponnesia. Diceritakan prajurit Sparta bukan hanya kalah dari pasukan yang lebih ringan dari mereka, tetapi juga dipaksa untuk menyerah dalam keadaan yang memalukan.

            Semua rantai kejadian tersebut berada dalam Perang Peloponnesia yang berlangsung antara Athens dan Sparta. Perang itu merupakan perang panjang dengan banyak momentum naik turun dari kedua belah pihak. Strategi Sparta sangat simpel, yakni menginvasi teritori Attica di Athens, menghancurkan ladang, dan mengancam bangsa Athenia itu sendiri. Untuk prajurit Sparta yang impresif, seharusnya itu menjadi tugas simpel dan efektif. Sedangkan strategi Athenia adalah meneruskan perdagangan asing, dan prajurit mereka disiapkan untuk bertahan di darat, namun ofensif di laut dengan menyebar angkatan laut mereka ke seluruh Yunani. Beberapa tahun di dalam pertempuran, pada 425 S.M, Sparta mengirim serangan amfibi ke benteng Pylos milik Athenia. Pylos memiliki dermaga alamiah yang diperkuat oleh pulau panjang Sphacteria. Letaknya berada di daerah Peloponnesus yang sebagian besar dikontrol oleh Sparta. Maka itulah penting bagi Sparta untuk menendang Athenia keluar dari wilayah yang mayoritasnya milik mereka.

Sparta beraksi dalam sebuah serangan amfibi yang jarang dilakukan di masa kuno ini, mereka mendaratkan kapal trireme-nya di sebuah pantai dekat dengan kota kecil yang diperkuat oleh lawan. Dari sana mereka meluncurkan serangan amfibinya. Pasukan Athenia beruntung memiliki Jenderal yang berbakat, bernama Demosthenes, yang sanggup mengumpulkan banyak pasukan di tempat yang tepat di mana mereka diperlukan. Karena pasukannya ini, Sparta bahkan tidak bisa menembus pertahanan di pantai. Setelah lebih dari sehari mencoba menyerbu, mereka gagal. Di saat inilah armada laut Athenia tiba. Setelah terjadinya pertempuran laut dan pertempuran darat di sana, pasukan Sparta mulai kalah jumlah dan mundur hingga ke pulau sempit Sphacteria. Pasukan Athenia menyita kapal-kapal Sparta sehingga pasukannya yang masih bersembunyi di Sphacteria terjebak tidak bisa pulang. Dalam hal ini, pemerintah Sparta mengirim duta besar untuk bernegosiasi dengan Athenia. Negosiasi yang berkepanjangan itu dilakukan, tetapi hasil ujungnya tidak memuaskan untuk Sparta. Athenia menolak untuk mengembalikan kapal dan tawanan Sparta di pulau mereka, justru hendak menyerang 440 orang Sparta (yang terjebak di Pylos) yang 120 diantara mereka menyandang gelar Spartiates, pangkat tertinggi dalam kelas bangsa Sparta yang telah menyelesaikan latihan terkeras dan menjadi penguasa di kota-kota mereka.

Seperti yang terjadi, Athenia nyatanya mendapat kesulitan untuk mensuplai diri mereka. Persediaan air bersih untuk mereka sangat tipis dan persediaan makanan pun sulit diperbanyak karena fakta bahwa mereka menahan benteng miliknya yang berada sendirian di wilayah besar yang dikuasai oleh Sparta. Sebaliknya, Sparta bisa dengan mudah mendapatkan banyak suplai. Sebagian orang mereka berenang mencari makanan, menyelam dengan dalam agar menghindari blokade Athenia. Jenderal Athenia paham bahwa mereka harus menyerang secepatnya atau para Sparta di Sphacteria bisa kabur nantinya. Menengok barisan Athenia, sang Jenderal memiliki beberapa ribu orang yang kebanyakan adalah prajurit ringan, sementara lawan mereka meskipun lebih sedikit jumlahnya, adalah prajurit terhebat Sparta. Dengan meluncurkan serangan via jalan selatan pada satu dari dua sisi pulau panjang tersebut, pasukan Sparta dikagetkan oleh pasukan Athenia. Dalam serangan mendadak itu, pasukan Athenia mengerahkan semua orang yang mereka miliki, bahkan pendayung perahunya pun turun dengan senjata apa saja yang bisa mereka gunakan.

Pasukan besar ini cukup untuk mengisi seluruh bagian tanah dari sisi pulau sempit tersebut. Pasukan Sparta percaya diri bisa mengalahkannya, mereka pun menyiapkan serangan balasan ke para prajurit ringan Athenia tersebut, karena memang diketahui, prajurit Sparta pada dasarnya ditugasi untuk menekan pemberontakan budak-budak belian di kampungnya sana, budak yang biasanya sekelas dengan para prajurit ringan. Pada saat ini, pasukan Athenia telah memenuhi bagian pulau sampai ke beberapa dataran tanahnya yang tinggi. Setiap kali pasukan Sparta hendak menyerang, mereka dihujani panah, tombak, dan lemparan batu. Dikisahkan bahwa serangan yang bertubi-tubi itu sangat kuat sampai banyak pasukan Sparta yang terbunuh, bahkan termasuk juga Jenderal mereka sendiri. Sampai detik selanjutnya, pasukan Sparta masih belum menghasilkan apa-apa, dan mereka tidak punya pilihan selain mundur ke ujung utara dari pulau tersebut.

Di sini, pasukan Sparta berada di tanah yang tinggi, dengan banyak jurang bergerigi yang menghadap ke laut. Di tempat inilah pertempuran kembali menemukan jalan buntu. Pasukan Sparta tidak lagi menyerang, mereka hanya bertahan ketika pasukan Athenia bertubi-tubi melemahkan energi dan upaya mereka, serta menurunkan semangat dan kepercayaan diri mereka. Dari depan, pasukan Athenia masih belum berani menyerbu langsung, tetapi seorang komandan Athenia menggagas ide untuk menyerbunya dari belakang. Ia bersama beberapa prajuritnya bersukarela mengendap ke garis belakang musuh dengan memanjat tebing curam yang menghadap ke laut. Pasukan Sparta sama sekali tidak memperhitungkan serangan dari belakang karena menurut mereka tebing itu mustahil dilalui, karena itulah tidak ada yang menjaga bagian belakang tersebut. Ketika serangan mendadak itu dilancarkan oleh pasukan Athenia dari tebing, pasukan Sparta terkejut bukan main, suasana kacau sehingga pasukan Athenia utamanya, bisa langsung menyerbu naik ke dataran tinggi tersebut dari depan. Pasukan Sparta tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Pasukan Sparta yang terkepung itu melakukan apa yang belum pernah dilakukan oleh bangsa mereka yang terdahulu; mereka melempar perisai dan tombaknya ke tanah dan meminta bermusyawarah.

Komandan Athenia menghentikan serangan, mereka sudah merasa cukup bangga dengan pencapaiannya, bahwa mimpi mereka untuk menangkap para prajurit Sparta yang garang itu telah tercapai. Pembawa kabar berkali-kali bolak balik dari Sparta ke daerah tempat ditahannya para prajurit Sparta, semenjak para prajurit yang ditahan meminta saran dari kampung halamannya. Setelah sekian kali berdebat, akhirnya pihak Sparta mengirim surat kepada para prajurit yang ditahan itu, mengatakan bahwa mereka harus memutuskan sendiri nasibnya, selama itu tidak menjatuhkan nama baik Sparta. Kini sesama prajurit Sparta yang ditahan melakukan pertimbangan, dan pada akhirnya mereka menyatakan untuk menyerah.

Kabar tentang keputusan menyerah mereka mengguncang seluruh Yunani, dan kerajaan-kerajaan di sana salut kepada Athens yang sanggup memaksa para Sparta beserta Spartiates-nya untuk menyerah. Athenia selanjutnya menggunakan tahanan Sparta itu sebagai tawanan dan mengancam untuk membunuh mereka jika Sparta menginvasi Attica. Dengan bungkamnya Sparta, Athens menjadi agresif dan keseimbangan kekuatannya berlanjut sampai 21 tahun berikutnya.



*** AKHIR PERANG***

Ironisnya, perang panjang tersebut berakhir dengan Sparta keluar sebagai pemenangnya ketika Sparta menghancurkan armada negeri maritim Athenia. Reputasi Sparta memang pernah menciut ketika orang-orang mereka menyerah di Sphacteria, tetapi mereka mengambil kembali kehormatan mereka dengan memenangkan akhir dari seri perang tersebut. Di lain pihak, meskipun Athens kalah, ingatan bangsa Yunani takkan lupa siapa yang telah membuat pasukan paling elit Sparta tak berkutik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dengan segala hormat, silahkan berkomentar dengan sopan. mengingat sabda Rasulullah (SAW); "Bicaralah dengan kata-kata yang baik, atau tetap diam."