Senin, 02 Januari 2017

KAU BUNUH SUAMIKU, KUBAWA TANK UNTUK MEMBALASMU



           
Mereka bilang, “Jangan main-main dengan hati perempuan”. Dan ini yang terjadi ketika seorang perwira Red Army terbunuh pada 1941. Mereka (para Nazi) yang membunuhnya, sama sekali tidak tahu bahwa aksi itu ibarat menandatangani kontrak kematian mereka sendiri. Bahwa istri si perwira yang terbunuh itu adalah Marya Oktyabrskaya—ia mendengar kematian suaminya dua tahun kemudian. Kepalanya langsung terisi kemarahan dan nantinya buku sejarah Uni Soviet akan mencatat namanya sebagai pahlawan perempuan.

            Nona Oktyabrskaya lahir dari sebuah keluarga petani di semenanjung Crimea sebagai satu dari sepuluh anak yang dipunyai orang tuanya. Saat ia menikahi suaminya yang seorang perwira Soviet pada 1925, ia langsung menunjukkan rasa tertariknya pada hal-hal beraroma militer dan langsung terlibat dalam ‘badan istri-istri militer’, tempat di mana ia dilatih sebagai suster di tubuh kemiliteran Soviet. Ia juga belajar cara menggunakan senjata dan cara mengemudikan kendaraan.

            Dengan pecahnya PD2, dua-pertiga pasukan Reich melakukan mars menuju kampung halaman Oktyabrskaya, merusak sebanyak-banyaknya yang mereka temui. Oktyabrskaya dievakuasi ke Tomsk, Siberia, tetapi suaminya dibutuhkan untuk tetap bertarung di belakang dan akhirnya—terbunuh. Semenjak Marya jauh di Siberia, butuh 2 tahun untuknya mengetahui kematian sang suami. Dan ketika kabar itu benar-benar sampai ke telinganya, ia marah besar. Ia menulis ke saudara perempuannya,
“Aku sudah membaptis diri dengan api. Terkadang aku sangat marah sampai bahkan tidak bisa bernapas.”
Selain itu, Marya juga membuat rencana untuk mengimpaskan dendamnya. Tidak ada apapun dalam diri Marya yang bisa menyembuhkan rasa kehilangan suaminya selain balas dendam. Ia bertekad untuk membalaskan kematian suaminya. Dan yang ia lakukan sangat impresif untuk ukuran seorang pembalas dendam, yakni menjual seluruh yang ia punya dan menulis surat ke Stalin yang kira-kira begini isinya:
“Suamiku terbunuh dalam aksinya ketika mempertahankan Tanah Pertiwi. Aku ingin membalas dendam kepada anjing-anjing fasis atas nama kematian suamiku dan kematian orang-orang Soviet yang disiksa oleh fasis yang barbar. Untuk tujuan ini, aku mendeposit segala yang kupunya, 50.000 rubles—kepada Bank Nasional untuk membuatkanku sebuah tank. Aku sangat berterima kasih jika tank tersebut diberi nama “Pacar yang bertarung”, dan tolong kirim aku ke front terdepan sebagai pengemudinya.”

            Akhirnya Stalin membalas surat itu dan menyetujui permintaannya. Dan dimulailah misi si wanita untuk membalas dendam. Awalnya militer Soviet agak ragu dengan kemampuannya dalam mengemudikan tank. Tetapi Marya yang sudah tidak sabar membalas dendamnya itu, membuktikan dalam sebuah latihan bahwa ia sanggup menembak, mengemudikan, dan melempar granat dengan kualitas sepadan dengan prajurit terbaik di sana. Pun, keraguan para perwira Soviet akan kemampuan Marya terhapus sudah ketika pertemuan pertama mereka dengan pasukan Nazi. Pada penampilan perdananya, Marya mengakali pasukan Jerman, membunuh sekitar 30an dari mereka dan merusak sebuah senjata anti-tank. Terperangah atas aksi heroik janda 38 tahun itu, militer Soviet pun memberinya pangkat Sersan.

            Lagi, Marya membuktikan dirinya berguna dengan aksinya di penyerangan malam hari pada November 1943. Pada saat itu pasukan bazooka lawan merusak rantai roda tank Marya. Bukannya sembunyi di kokpit mesinnya, Marya malah melompat keluar tank. Rekannya melindunginya saat ia memperbaiki roda tank tersebut. Setelah selesai diperbaiki ia pun naik dan masuk lagi ke tank-nya.

            Tahun berikutnya adalah pertempuran akhir Marya. Si pendendam itu memimpin unitnya menuju garis tembak Nazi dengan skillnya yang sangat sempurna, ia berhasil melewati dua parit musuh sebelum akhirnya roda tank-nya diledakkan lagi oleh tembakan musuh. Sekali lagi ia keluar dan memperbaiki tank “Fighting Girlfriend”nya itu. Saat sedang memperbaiki, peluru dari artileri Jerman meledak dekatnya dan pecahannya mengenainya, membuatnya langsung jatuh koma. Dua bulan setelah pertempuran terakhirnya, sang sersan tak kenal takut itu menyerah pada lukanya dan akhirnya dapat bergabung dengan sang suami di kehidupan setelah mati.


Pasca perang, Marya Oktyabrskaya dianugerahkan penghargaan tertinggi  dalam tubuh militer Soviet, yakni Hero of the Soviet Union award.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dengan segala hormat, silahkan berkomentar dengan sopan. mengingat sabda Rasulullah (SAW); "Bicaralah dengan kata-kata yang baik, atau tetap diam."