Mereka
bilang, “Jangan main-main dengan hati perempuan”. Dan ini yang terjadi ketika
seorang perwira Red Army terbunuh pada 1941. Mereka (para Nazi) yang
membunuhnya, sama sekali tidak tahu bahwa aksi itu ibarat menandatangani
kontrak kematian mereka sendiri. Bahwa istri si perwira yang terbunuh itu
adalah Marya Oktyabrskaya—ia mendengar kematian suaminya dua tahun kemudian.
Kepalanya langsung terisi kemarahan dan nantinya buku sejarah Uni Soviet akan
mencatat namanya sebagai pahlawan perempuan.
Nona
Oktyabrskaya lahir dari sebuah keluarga petani di semenanjung Crimea sebagai
satu dari sepuluh anak yang dipunyai orang tuanya. Saat ia menikahi suaminya
yang seorang perwira Soviet pada 1925, ia langsung menunjukkan rasa tertariknya
pada hal-hal beraroma militer dan langsung terlibat dalam ‘badan istri-istri
militer’, tempat di mana ia dilatih sebagai suster di tubuh kemiliteran Soviet.
Ia juga belajar cara menggunakan senjata dan cara mengemudikan kendaraan.
Dengan
pecahnya PD2, dua-pertiga pasukan Reich melakukan mars menuju kampung halaman
Oktyabrskaya, merusak sebanyak-banyaknya yang mereka temui. Oktyabrskaya dievakuasi
ke Tomsk, Siberia, tetapi suaminya dibutuhkan untuk tetap bertarung di belakang
dan akhirnya—terbunuh. Semenjak Marya jauh di Siberia, butuh 2 tahun untuknya
mengetahui kematian sang suami. Dan ketika kabar itu benar-benar sampai ke
telinganya, ia marah besar. Ia menulis ke saudara perempuannya,
“Aku sudah membaptis diri
dengan api. Terkadang aku sangat marah sampai bahkan tidak bisa bernapas.”
Selain itu, Marya juga membuat
rencana untuk mengimpaskan dendamnya. Tidak ada apapun dalam diri Marya yang
bisa menyembuhkan rasa kehilangan suaminya selain balas dendam. Ia bertekad
untuk membalaskan kematian suaminya. Dan yang ia lakukan sangat impresif untuk
ukuran seorang pembalas dendam, yakni menjual seluruh yang ia punya dan menulis
surat ke Stalin yang kira-kira begini isinya:
“Suamiku
terbunuh dalam aksinya ketika mempertahankan Tanah Pertiwi. Aku ingin membalas
dendam kepada anjing-anjing fasis atas nama kematian suamiku dan kematian
orang-orang Soviet yang disiksa oleh fasis yang barbar. Untuk tujuan ini, aku
mendeposit segala yang kupunya, 50.000 rubles—kepada Bank Nasional untuk
membuatkanku sebuah tank. Aku sangat berterima kasih jika tank tersebut diberi
nama “Pacar yang bertarung”, dan tolong kirim aku ke front terdepan sebagai
pengemudinya.”
Akhirnya
Stalin membalas surat itu dan menyetujui permintaannya. Dan dimulailah misi si
wanita untuk membalas dendam. Awalnya militer Soviet agak ragu dengan
kemampuannya dalam mengemudikan tank. Tetapi Marya yang sudah tidak sabar
membalas dendamnya itu, membuktikan dalam sebuah latihan bahwa ia sanggup
menembak, mengemudikan, dan melempar granat dengan kualitas sepadan dengan
prajurit terbaik di sana. Pun, keraguan para perwira Soviet akan kemampuan
Marya terhapus sudah ketika pertemuan pertama mereka dengan pasukan Nazi. Pada
penampilan perdananya, Marya mengakali pasukan Jerman, membunuh sekitar 30an
dari mereka dan merusak sebuah senjata anti-tank. Terperangah atas aksi heroik
janda 38 tahun itu, militer Soviet pun memberinya pangkat Sersan.
Lagi,
Marya membuktikan dirinya berguna dengan aksinya di penyerangan malam hari pada
November 1943. Pada saat itu pasukan bazooka lawan merusak rantai roda tank
Marya. Bukannya sembunyi di kokpit mesinnya, Marya malah melompat keluar tank.
Rekannya melindunginya saat ia memperbaiki roda tank tersebut. Setelah selesai
diperbaiki ia pun naik dan masuk lagi ke tank-nya.
Tahun
berikutnya adalah pertempuran akhir Marya. Si pendendam itu memimpin unitnya
menuju garis tembak Nazi dengan skillnya yang sangat sempurna, ia berhasil
melewati dua parit musuh sebelum akhirnya roda tank-nya diledakkan lagi oleh
tembakan musuh. Sekali lagi ia keluar dan memperbaiki tank “Fighting
Girlfriend”nya itu. Saat sedang memperbaiki, peluru dari artileri Jerman
meledak dekatnya dan pecahannya mengenainya, membuatnya langsung jatuh koma.
Dua bulan setelah pertempuran terakhirnya, sang sersan tak kenal takut itu
menyerah pada lukanya dan akhirnya dapat bergabung dengan sang suami di
kehidupan setelah mati.
Pasca perang, Marya
Oktyabrskaya dianugerahkan penghargaan tertinggi dalam tubuh militer Soviet, yakni Hero of the Soviet Union award.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dengan segala hormat, silahkan berkomentar dengan sopan. mengingat sabda Rasulullah (SAW); "Bicaralah dengan kata-kata yang baik, atau tetap diam."