1.
PERTEMPURAN
AGINCOURT
Bagi
orang Inggris, Pertempuran Agincourt adalah sebuah peristiwa legenda. Pada
pertempuran tersebut, mustahil sebenarnya bisa dimenangkan oleh pihak Inggris
mengingat jumlah pasukan mereka hanya 6.000, dan sudah berhari-hari melakukan
mars di tanah lawan (Prancis Utara) dengan pasukan yang sudah babak belur,
lapar dan penyakitan. Pertempuran yang terjadi di Agincourt pada 25 Oktober
1415 tersebut adalah antara orang-orang ini yang kebanyakan merupakan para
pemanah (longbowmen) yang mengenakan sedikit armor. Melawan 25.000 pasukan
Prancis berupa Men-at-Arms, yakni prajurit kaya yang dari atas kepalanya sampai
ujung kakinya bergelimang armor logam. Taktik pertempuran memang memegang kunci
utama kemenangan, tetapi taktik mereka tidak ada apa-apanya tanpa semangat yang
dikobarkan oleh pemimpin mereka, King Henry V, yang menghampiri setiap barisan
prajuritnya dan memimpin doa untuk mereka. Kemudian barisan tipis prajurit ini
bertahan lagi dan lagi melawan pasukan yang lebih besar dan lebih siap itu.
Lama kelamaan pasukan Inggris melawan pasukan Prancis dalam serangan jarak
dekat yang brutal dan berakhir dengan Inggris keluar sebagai pemenangnya.
2.
PERTEMPURAN
ALBUERA
Semangat
pertempuran lagi-lagi menyelamatkan Inggris pada Pertempuran Albuera yang
terjadi 16 Mei 1811. Saat pertempuran terjadi, hujan es disertai angin ribut
menyapu medan tempur. Pasukan infanteri Inggris ke-3 yang dikenal dengan nama
Buffs, mendapati diri mereka dalam keadaan hampir tidak bisa melihat lawan.
Apalagi senapan musket mereka sudah basah kuyup. Dalam keadaan payah ini,
muncul kavaleri Prancis dan Polandia yang datang dengan tiba-tiba sehingga
Buffs belum sempat mengambil formasi defensif. Pasukan Buffs kepayahan.
Pemimpin mereka, Letnan Latham, menyimpan bendera resimennya di dalam jaketnya,
bahkan ketika lengan dan sebelah mukanya terpotong oleh musuh. Prajurit lainnya
berusaha untuk menyetop pasukan Prancis untuk menembus. Diantara mereka,
terdapat resimen fusilier ke-57. Kolonel Inglis, komandan dari resimen itu,
terkena peluru grapeshot di paru-parunya dan terbaring di medan tempur sambil
memaksa pasukannya untuk bersikeras tetap melawan dan jangan menyerah (Die
Hard). Dan begitulah pasukan itu melakukannya. Dari 600 orang pasukan di
resimen ke-57, hanya 160 selamat. Sedangkan dari 728 pasukan Buff, hanya 85
yang selamat. Tetapi di atas semua itu, keberanian mereka membawa kemenangan
pada pihak Inggris. Bahkan komandan Prancis (yang kalah), Marshal Soult,
menyalahkan mereka dengan mengatakan “Mereka itu sudah benar-benar kalah!
Kemenangan ini milikku tetapi mereka tidak mengerti itu dan tidak mau lari!”
3.
LITTLE
ROUND TOP – GETTYSBURG
2
Juli 1863 adalah tanggal terjadinya peristiwa Little Round Top, tepatnya di
hari kedua Pertempuran Gettysburg, di rancah Perang Sipil Amerika Serikat. Bukit
Little Round Top berada di sayap kiri dari barisan Union, tidak dijaga saat
pasukan Konfederasi maju. Kejatuhan Union itu bisa menjadi kesempatan
Konfederasi untuk menghancurkan seluruh pasukan Union, memenangkan pertempuran
dan mungkin saja memenangkan seluruh peperangan. Pasukan Union baru saja
datang, tepat waktu. Di sisi ekstrim itu adalah resimen Maine ke-20, dipimpin
oleh Kolonel Joshua Chamberlain. Mereka kalah jumlah 3 : 1, pasukan Maine ke-20
itu bengkok ke belakang membentuk sudut 90 derajat dalam pertarungan jarak
dekat. Setelah satu jam, setengah dari mereka lumpuh dan amunisinya mulai
menipis. Melihat pasukannya tidak bisa lagi menerima serangan berikutnya,
Chamberlain memutuskan untuk mengambil tindakan nekat. Ia memerintahkan pasukan
Maine ke-20 itu untuk memasang bayonet dan maju menyerbu ke muka musuh
(bersenjatakan senapan)—ketika orang-orangnya mulai goyah, Letnan Holman S.
Melcher berlari ke depan barisan, mengayunkan pedangnya dan berteriak, “C’mon
Boys!”. Mengikuti keberaniannya, pasukan Maine ke-20 pun terbakar semangatnya
dan menyerang hingga turun ke bukit, memecah dua barisan pasukan Konfederasi,
bahkan sampai menahan lebih banyak tahanan dari orang-orang yang mereka punya.
Sayap ekstrim itu telah aman. Dan kemenangan Union pun telah aman.
4.
PENGEPUNGAN
HAMAITA
Terkadang,
mengalahkan peluang tidak melulu tentang kemenangan, tetapi juga tentang
bertahan hidup. Untuk pasukan Paraguay di pengepungan Hamaita, ini berarti
bukan hanya bertahan hidup di wajah musuh mereka, tetapi juga di wajah presiden
mereka sendiri. Musim dingin 1867-1868,
benteng Paraguay bernama Humaita mendapat serangan kepungan dari pasukan
Brazil dan Argentina, mereka adalah bagian dari koalisi melawan Paraguay yang
juga termasuk Uruguay. Paraguay waktu itu berada di bawah kepemimpinan
Francisco Solano Lopez, seorang diktator megalomaniak yang ambisi militernya
bisa membinasakan negaranya sendiri. Ketika Humaita dikelilingi oleh pasukan
yang lebih besar, Lopez memundurkan banyak dari pasukannya dari benteng, hanya
meninggalkan sebagian kecil pasukan pertahanan di bawah pimpinan Kolonel
Francisco Martinez. Secara komplit dikepung, Martinez dan orang-orangnya tidak
bisa mendapat suplai makanan. Mereka terpaksa memakan kudanya sendiri serta
akar apapun dari tanaman yang bisa mereka temukan. Mereka mencoba mengusir
serangan dari penyerang yang jumlahnya jauh lebih besar dari mereka. Menyadari
bahwa situasinya sangat memprihatinkan, pada 19 Juli Martinez memohon agar
pasukannya dibolehkan untuk mundur. Lopez tidak setuju, ia menyuruh Martinez
tetap bertahan di sana untuk 5 hari lagi. Dan diturutilah perintah itu. Pada
saat Martinez mundur pada 24 Juli, ia dan orang-orangnya sudah tidak makan
berhari-hari. Mereka telah berhasil menahan benteng dari pasukan yang luar
biasa besar dan menuruti perintah yang tidak mungkin. Sebuah pencapaian yang
luar biasa. Tapi setelah pencapaian ini, Lopez tetap saja menyiksa dan menembak
prajurit Martinez, berdalih karena mereka bersalah telah (pada akhirnya)
menyerahkan benteng itu.
5.
WORCESTERS
AT GELUVELT
Pada
31 Oktober 1914, sekutu hampir saja kalah dalam Perang Dunia Pertama. Serangan
besar-besaran Jerman di sebelah timur Ypres menghantam Inggris di Gheluvelt,
mengancam untuk menembus garis pertahanan sekutu, merusak pasukan Ekspedisi
Inggris serta mengambil alih pelabuhan-pelabuhan kanal. Tiga kompi dari
Battalion ke-2, resimen Worcestershire, mars ke dalam celahnya. Mereka adalah
pasukan simpanan terakhir. Ketika peluru artileri meledak diantara mereka, dan
tembakan-tembakan musuh menjatuhkan hampir seratus orang, mereka tidak gentar
dan justru maju menyerbu Gheluvelt tanpa rasa takut. Orang yang pecah dari
barisan mengatakan kepada sesamanya, “maju sama saja menjemput kematian!”
tetapi mereka tetap maju tak gentar. Pasukan Jerman yang lebih banyak tidak
pernah menyangka pihak lawan akan senekat itu maju menyerbunya sehingga mereka
dikalahkan dalam serangan dadakan itu. Pasukan Worcesters mengambil alih
Gheluvelt, dan dengan ini, diselamatkanlah garis pertahanan sekutu. Sebagaimana
Field-Marshal Sir John French berkata, “The Worcesters saved the Empire.”
Sumber dari www.Warhistoryonline.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dengan segala hormat, silahkan berkomentar dengan sopan. mengingat sabda Rasulullah (SAW); "Bicaralah dengan kata-kata yang baik, atau tetap diam."