Senin, 02 Januari 2017

LIMA PERTEMPURAN DENGAN FAKTOR SEMANGAT SEBAGAI PENDONGKRAK KEMENANGANNYA.



1.      PERTEMPURAN AGINCOURT
Bagi orang Inggris, Pertempuran Agincourt adalah sebuah peristiwa legenda. Pada pertempuran tersebut, mustahil sebenarnya bisa dimenangkan oleh pihak Inggris mengingat jumlah pasukan mereka hanya 6.000, dan sudah berhari-hari melakukan mars di tanah lawan (Prancis Utara) dengan pasukan yang sudah babak belur, lapar dan penyakitan. Pertempuran yang terjadi di Agincourt pada 25 Oktober 1415 tersebut adalah antara orang-orang ini yang kebanyakan merupakan para pemanah (longbowmen) yang mengenakan sedikit armor. Melawan 25.000 pasukan Prancis berupa Men-at-Arms, yakni prajurit kaya yang dari atas kepalanya sampai ujung kakinya bergelimang armor logam. Taktik pertempuran memang memegang kunci utama kemenangan, tetapi taktik mereka tidak ada apa-apanya tanpa semangat yang dikobarkan oleh pemimpin mereka, King Henry V, yang menghampiri setiap barisan prajuritnya dan memimpin doa untuk mereka. Kemudian barisan tipis prajurit ini bertahan lagi dan lagi melawan pasukan yang lebih besar dan lebih siap itu. Lama kelamaan pasukan Inggris melawan pasukan Prancis dalam serangan jarak dekat yang brutal dan berakhir dengan Inggris keluar sebagai pemenangnya.



2.      PERTEMPURAN ALBUERA
Semangat pertempuran lagi-lagi menyelamatkan Inggris pada Pertempuran Albuera yang terjadi 16 Mei 1811. Saat pertempuran terjadi, hujan es disertai angin ribut menyapu medan tempur. Pasukan infanteri Inggris ke-3 yang dikenal dengan nama Buffs, mendapati diri mereka dalam keadaan hampir tidak bisa melihat lawan. Apalagi senapan musket mereka sudah basah kuyup. Dalam keadaan payah ini, muncul kavaleri Prancis dan Polandia yang datang dengan tiba-tiba sehingga Buffs belum sempat mengambil formasi defensif. Pasukan Buffs kepayahan. Pemimpin mereka, Letnan Latham, menyimpan bendera resimennya di dalam jaketnya, bahkan ketika lengan dan sebelah mukanya terpotong oleh musuh. Prajurit lainnya berusaha untuk menyetop pasukan Prancis untuk menembus. Diantara mereka, terdapat resimen fusilier ke-57. Kolonel Inglis, komandan dari resimen itu, terkena peluru grapeshot di paru-parunya dan terbaring di medan tempur sambil memaksa pasukannya untuk bersikeras tetap melawan dan jangan menyerah (Die Hard). Dan begitulah pasukan itu melakukannya. Dari 600 orang pasukan di resimen ke-57, hanya 160 selamat. Sedangkan dari 728 pasukan Buff, hanya 85 yang selamat. Tetapi di atas semua itu, keberanian mereka membawa kemenangan pada pihak Inggris. Bahkan komandan Prancis (yang kalah), Marshal Soult, menyalahkan mereka dengan mengatakan “Mereka itu sudah benar-benar kalah! Kemenangan ini milikku tetapi mereka tidak mengerti itu dan tidak mau lari!”



3.      LITTLE ROUND TOP – GETTYSBURG
2 Juli 1863 adalah tanggal terjadinya peristiwa Little Round Top, tepatnya di hari kedua Pertempuran Gettysburg, di rancah Perang Sipil Amerika Serikat. Bukit Little Round Top berada di sayap kiri dari barisan Union, tidak dijaga saat pasukan Konfederasi maju. Kejatuhan Union itu bisa menjadi kesempatan Konfederasi untuk menghancurkan seluruh pasukan Union, memenangkan pertempuran dan mungkin saja memenangkan seluruh peperangan. Pasukan Union baru saja datang, tepat waktu. Di sisi ekstrim itu adalah resimen Maine ke-20, dipimpin oleh Kolonel Joshua Chamberlain. Mereka kalah jumlah 3 : 1, pasukan Maine ke-20 itu bengkok ke belakang membentuk sudut 90 derajat dalam pertarungan jarak dekat. Setelah satu jam, setengah dari mereka lumpuh dan amunisinya mulai menipis. Melihat pasukannya tidak bisa lagi menerima serangan berikutnya, Chamberlain memutuskan untuk mengambil tindakan nekat. Ia memerintahkan pasukan Maine ke-20 itu untuk memasang bayonet dan maju menyerbu ke muka musuh (bersenjatakan senapan)—ketika orang-orangnya mulai goyah, Letnan Holman S. Melcher berlari ke depan barisan, mengayunkan pedangnya dan berteriak, “C’mon Boys!”. Mengikuti keberaniannya, pasukan Maine ke-20 pun terbakar semangatnya dan menyerang hingga turun ke bukit, memecah dua barisan pasukan Konfederasi, bahkan sampai menahan lebih banyak tahanan dari orang-orang yang mereka punya. Sayap ekstrim itu telah aman. Dan kemenangan Union pun telah aman.



4.      PENGEPUNGAN HAMAITA
Terkadang, mengalahkan peluang tidak melulu tentang kemenangan, tetapi juga tentang bertahan hidup. Untuk pasukan Paraguay di pengepungan Hamaita, ini berarti bukan hanya bertahan hidup di wajah musuh mereka, tetapi juga di wajah presiden mereka sendiri. Musim dingin 1867-1868,  benteng Paraguay bernama Humaita mendapat serangan kepungan dari pasukan Brazil dan Argentina, mereka adalah bagian dari koalisi melawan Paraguay yang juga termasuk Uruguay. Paraguay waktu itu berada di bawah kepemimpinan Francisco Solano Lopez, seorang diktator megalomaniak yang ambisi militernya bisa membinasakan negaranya sendiri. Ketika Humaita dikelilingi oleh pasukan yang lebih besar, Lopez memundurkan banyak dari pasukannya dari benteng, hanya meninggalkan sebagian kecil pasukan pertahanan di bawah pimpinan Kolonel Francisco Martinez. Secara komplit dikepung, Martinez dan orang-orangnya tidak bisa mendapat suplai makanan. Mereka terpaksa memakan kudanya sendiri serta akar apapun dari tanaman yang bisa mereka temukan. Mereka mencoba mengusir serangan dari penyerang yang jumlahnya jauh lebih besar dari mereka. Menyadari bahwa situasinya sangat memprihatinkan, pada 19 Juli Martinez memohon agar pasukannya dibolehkan untuk mundur. Lopez tidak setuju, ia menyuruh Martinez tetap bertahan di sana untuk 5 hari lagi. Dan diturutilah perintah itu. Pada saat Martinez mundur pada 24 Juli, ia dan orang-orangnya sudah tidak makan berhari-hari. Mereka telah berhasil menahan benteng dari pasukan yang luar biasa besar dan menuruti perintah yang tidak mungkin. Sebuah pencapaian yang luar biasa. Tapi setelah pencapaian ini, Lopez tetap saja menyiksa dan menembak prajurit Martinez, berdalih karena mereka bersalah telah (pada akhirnya) menyerahkan benteng itu.




5.      WORCESTERS AT GELUVELT
Pada 31 Oktober 1914, sekutu hampir saja kalah dalam Perang Dunia Pertama. Serangan besar-besaran Jerman di sebelah timur Ypres menghantam Inggris di Gheluvelt, mengancam untuk menembus garis pertahanan sekutu, merusak pasukan Ekspedisi Inggris serta mengambil alih pelabuhan-pelabuhan kanal. Tiga kompi dari Battalion ke-2, resimen Worcestershire, mars ke dalam celahnya. Mereka adalah pasukan simpanan terakhir. Ketika peluru artileri meledak diantara mereka, dan tembakan-tembakan musuh menjatuhkan hampir seratus orang, mereka tidak gentar dan justru maju menyerbu Gheluvelt tanpa rasa takut. Orang yang pecah dari barisan mengatakan kepada sesamanya, “maju sama saja menjemput kematian!” tetapi mereka tetap maju tak gentar. Pasukan Jerman yang lebih banyak tidak pernah menyangka pihak lawan akan senekat itu maju menyerbunya sehingga mereka dikalahkan dalam serangan dadakan itu. Pasukan Worcesters mengambil alih Gheluvelt, dan dengan ini, diselamatkanlah garis pertahanan sekutu. Sebagaimana Field-Marshal Sir John French berkata, “The Worcesters saved the Empire.”



Sumber dari www.Warhistoryonline.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dengan segala hormat, silahkan berkomentar dengan sopan. mengingat sabda Rasulullah (SAW); "Bicaralah dengan kata-kata yang baik, atau tetap diam."